PERLU TAHU

Turibulum

Turibulum atau yang lebih populer dengan sebutan Pedupaan ataupun Wiruk, berasal dari bahasa Latin “thuris” yang berarti “dupa”. Wiruk adalah bejana dimana dupa dibakar untuk pendupaan liturgis.

Nama wiruk itu sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu Wierooksvat. Dalam bahasa Latin namanya Turibulum, di bahasa Inggris jadi thurible atau censer.

Turibulum / Pedupaan / Wiruk

Turibulum atau Wiruk terdiri dari badan atau wadah yang terbuat dari logam untuk menaruh arang dan dupa, sebuah tutup terpisah yang menudungi wadah tersebut. Tiga rantai yang dipasang pada badannya dan dapat diayun-ayunkan pada saat pedupaan maupun pemberkatan. Sedang rantai keempat digunakan untuk menggerakan tutupnya.

Di dalam Wiruk diletakkan arang yang dibakar hingga menjadi bara api, lalu di atasnya ditaburkan serbuk dupa sehingga menghasilkan asap dupa yang membubung dan menyebarkan bau harum. Asap dupa ini adalah simbol naiknya doa-doa umat beriman kepada Tuhan. Wangi-wangian ini juga digunakan untuk menciptakan suasana atau atmosfir liturgis.

Dupa adalah harum-haruman yang dibakar pada kesempatan-kesempatan istimewa, seperti pada Misa yang meriah dan Pujian kepada Sakramen Mahakudus.

Dikutip dari buku ‘Rupa dan Citra’ karangan pakar liturgi C.H. Suryanugraha, OSC,

“Suasana atau atmosfir liturgis diciptakan sedemikian rupa agar perayaan liturgi sungguh mengantar jemaat kepada pertemuan yang Ilahi. Penggunaan unsur-unsur ‘cahaya, warna, dan aroma’ dalam Perayaan Ekaristi tentunya perlu diberi perhatian khusus pula. Unsur-unsur itu tidak layak diabaikan jika kita peduli akan perlunya lebih mengaktifkan indera (setidaknya indera penglihatan/mata, penciuman/hidung, dan pendengaran/telinga) kita untuk terlibat dan dapat menangkap sisi-sisi keindahan dan kesakralan dalam Perayaan Ekaristi.”

Aturan liturgi dari Vatikan menyebut, “Pendupaan merupakan ungkapan hormat dan doa sebagaimana dijelaskan dalam Alkitab (bdk. Mzm 141:2; Why 8:3).” (PUMR 276 dan Caeremoniale Episcoporum-Tata Upacara Para Uskup CE 84)

Baca juga : Piala

Ilustrator : Karol Ignasio Harunara Leton

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *