BACAAN HARIAN

Setia Pada Perkara Kecil

Setia pada perkara kecil, sebelum menghadapi perkara-perkara besar.

Renungan Harian Katolik, Sabtu 6 November 2021, Pekan Biasa XXXI, Warna Liturgi Hijau.

Bacaan Pertama : Roma 16:3-9,16,22-27

Mazmur Tanggapan : Mazmur 145:2-3,4-5,10-11

Bait Pengantar Injil : 2 Korintus 8:9

Bacaan Injil : Lukas 16:9-15

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan mamon yang tidak jujur, supaya jika mamon itu tidak dapat menolong lagi, kalian diterima dalam kemah abadi. Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi jika kalian tidak setia mengurus mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan harta sejati kepadamu? Seorang hamba tidak mungkin mengabdi dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain; atau ia akan setia kepada yang seorang, dan tidak mengindahkan yang lain. Kalian tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon.”

Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Yesus.

Maka Yesus berkata kepada mereka, “Kalian membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.”

Demikianlah Injil Tuhan.

RENUNGAN

Setia pada perkara kecil sebelum perkara besar. Ketekunan dan kesetiaan seseorang dalam mengarahkan seluruh aktivitasnya kepada Allah akan mendapatkan buah-buah yang indah. Tentu dalam upaya mengarahkan diri ini akan menghadapi banyak tantangan. Dalam hidup rohani, setiap tantangan menjadi penguji kesetiaan dan ketekunan. Dalam hidup rohani, setiap tantangan menjadi penguji kesetiaan dan ketekunan.

Mereka yang berani tetap setia dan tekun, akan menerima anugerah lebih indah, bahkan dengan tantangan yang lebih berat, hingga akhirnya sampai pada ujung perjuangan yaitu bersatu dengan Allah. Mari kita renungkan, bagaimana kesetiaan dan ketekunan kita dalam jalan Allah, ketika menghadapi tantangan demi tantangan.

Kecerdikan yang dimiliki oleh pengikut Yesus haruslah dikembangkan untuk mempertanggungjawabkan apa saja yang dipercayakan kepada kita. Terutama diingatkan agar kecerdikan itu digunakan untuk mendapatkan teman yang menjamin kehidupan abadi. Orang yang setia pada perkara kecil, akan dipercaya juga dalam hal-hal yang menentukan. Tanggungjawab seperti inilah yang perlu sungguh disadari dalam kehidupan orang-orang Kristen.

Diingatkan bahwa orang jangan mudah terbius akan berhala kekayaan. Sadarilah bahwa orang tidak mungkin mengabdi dua tuan. Yang satu akan dikalahkan karena yang lain : Allah atau kekayaan. Yang mestinya terjadi ialah bahwa Allah yang dilayani dan diabdi dalam pertanggungan jawab atas kenyataan itu dan bukan kekayaan yang dipuja-puji. Lalu bagaimana caranya supaya semangat ugahari ini menjadi kenyataan dalam hidup Kristen kita?

Pada akhirnya, diingatkan akan suatu hikmat berharga bahwa pembenaran di hadapan manusia bisa kehilangan arti. Ingatlah Allah menilai apa yang ada di lubuk hati. Murid-murid zaman ini – termasuk kita semua, Anda dan saya – perlu pencerahan ini. Kekayaan material tidak bisa dibawa ke dalam kubur.

Pepatah pun menegaskan akan hikmat itu : kekayaan jadi kenangan, baik budi dibawa mati.

Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Renungan Harian Katolik Sabtu 6 November 2021, Pekan Biasa XXXI, Warna Liturgi Hijau
Bacaan Pertama: Roma 16:3-9,16,22-27
Mazmur Tanggapan: Mazmur 145:2-3,4-5,10-11
Bait Pengantar Injil: 2 Korintus 8:9
Bacaan Injil: Lukas 16:9-15
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan mamon yang tidak jujur, supaya jika mamon itu tidak dapat menolong lagi, kalian diterima dalam kemah abadi. Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi jika kalian tidak setia mengurus mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan harta sejati kepadamu? Seorang hamba tidak mungkin mengabdi dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain; atau ia akan setia kepada yang seorang, dan tidak mengindahkan yang lain. Kalian tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon.”
Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Yesus.
Maka Yesus berkata kepada mereka, “Kalian membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan.

Baca juga : Anak-Anak Terang

RENUNGAN
Ketekunan dan kesetiaan seseorang dalam mengarahkan seluruh aktivitasnya kepada Allah akan mendapatkan buah-buah yang indah. Tentu dalam upaya mengarahkan diri ini akan menghadapi banyak tantangan. Dalam hidup rohani, setiap tantangan menjadi penguji kesetiaan dan ketekunan. Dalam hidup rohani, setiap tantangan menjadi penguji kesetiaan dan ketekunan.

Mereka yang berani tetap setia dan tekun, akan menerima anugerah lebih indah, bahkan dengan tantangan yang lebih berat, hingga akhirnya sampai pada ujung perjuangan yaitu bersatu dengan Allah. Mari kita renungkan, bagaimana kesetiaan dan ketekunan kita dalam jalan Allah, ketika menghadapi tantangan demi tantangan?
Kecerdikan yang dimiliki oleh pengikut Yesus haruslah dikembangkan untuk mempertanggungjawabkan apa saja yang dipercayakan kepada kita. Terutama diingatkan agar kecerdikan itu digunakan untuk mendapatkan teman yang menjamin kehidupan abadi. Orang yang bisa dipercaya atau setia pada perkara kecil memang akan dipercaya juga dalam hal-hal yang menentukan. Tanggungjawab seperti inilah yang perlu sungguh disadari dalam kehidupan orang-orang Kristen.

Diingatkan bahwa orang jangan mudah terbius akan berhala kekayaan. Sadarilah bahwa orang tidak mungkin mengabdi dua tuan. Yang satu akan dikalahkan karena yang lain: Allah atau kekayaan. Yang mestinya terjadi ialah bahwa Allah yang dilayani dan diabdi dalam pertanggungan jawab atas kenyataan itu dan bukan kekayaan yang dipuja-puji. Lalu bagaimana caranya supaya semangat ugahari ini menjadi kenyataan dalam hidup Kristen kita?
Pada akhirnya, diingatkan akan suatu hikmat berharga bahwa pembenaran di hadapan manusia bisa kehilangan arti. Ingatlah Allah menilai apa yang ada di lubuk hati. Murid-murid zaman ini – termasuk kita semua, Anda dan saya – perlu pencerahan ini. Kekayaan material tidak bisa dibawa ke dalam kubur. Pepatah pun menegaskan akan hikmat itu: kekayaan jadi kenangan, baik budi dibawa mati.

DOA
Allah Bapa, kemuliaan para kudus, uskup-Mu Santo Martinus meluhurkan Dikau baik dengan kehidupan maupun dengan kematiannya.

Perbaruilah kiranya dalam hati kami karya agung rahmat-Mu, sehingga maut ataupun hidup takkan mampu memisahkan kami dari cinta kasih-Mu.

Ya Tuhan, seturut ajaran-Mu, untuk mengusahakan apa yang baik dan benar dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Oleh karena itu, tolonglah aku ketika jatuh dalam egoku dengan mencari keuntungan pribadi.

Tuhan, kasihanilah aku, orang berdosa ini. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.