WARTA PAROKI

Kunjungan Tim Arsitek Unika

Gereja Jago termasuk warisan leluhur dan menjadi cagar budaya yang harus dijaga, dirawat serta dilestarikan.

JagoKomSos.Org–Selasa siang, 16 November 2021, Gereja Jago kedatangan tamu istimewa yaitu Tim Arsitek dari Uniersitas Soegijapranata (Unika) Semarang. Rombongan dosen arsitektur yang berjumlah empat orang ini terdiri dari Bapak Krispranoto, Ibu Tyas Susanti, Ibu Yulita Titik dan Bapak Ardiyanto.

Tim Arsitek dari Unika Semarang

Secara umum, tujuan kedatangan para pakar arsitektur ini adalah untuk meninjau kondisi bangunan Gereja Santo Yusup Ambarawa, baik dari segi arsitektur, cagar budaya hingga keunikan dari bangunan yang sudah berdiri sejak 1924 ini.

Mesin jam mekanik di menara Jago

Dalam kesempatan ini, rombongan dipandu dan didampingi oleh beberapa Ketua Bidang dari Dewan Pastoral Paroki Santo Yusup Ambarawa, diantaranya Bapak Patrik Budi (Kabid Rumah Tangga), Bapak Joko Tri (Kabid Litbang) dan Bapak Awig Soedjatmiko (Kabid Paguyuban).   

Tim Arsitek bersama para Kabid

Rombongan dosen arsitektur dari Unika Semarang ini tak hanya meninjau bangunan utama gereja, terlebih menara yang tegak menjulang. Beruntung bagi rombongan, pada saat bersamaan, sedang dilakukan penyesuaian jam mekanik di puncak menara gereja. Bapak Ardiyanto yang turut naik sampai di puncak menara gereja sampai terkagum dengan mekanisme jam yang sudah berumur hampir seratus tahun itu.  

“Pada intinya, bangunan Gereja Jago ini masih kokoh dan bagus serta hanya perlu dirawat dan dilestarikan saja. Tata ruang di sekitarnya perlu diatur. Mungkin hanya pengecatan sedikit di beberapa titik barangkali ada yang berongga. Dari segi arsitektur, bangunan gereja ini  tinggal dipertahankan keasliannya, dipertahankan apa adanya.” tutur Bapak Ardiyanto.

Sangatlah wajar kiranya jika bangunan kuno yang nyaris berusia seabad ini perlu dikonservasi. Namun demikian, secara umum, bangunan ini masih kokoh dan layak untuk digunakan. Bahkan menurut Tim Arsitek dari Unika ini, beberapa titik keretakan pada dinding gereja tidak terlalu masalah. 

“Memang perlu penyelidikan yang lebih mendalam pada beberapa bagian yang retak, namun hal itu wajar, mengingat bangunan gereja ini sudah berusia seratus tahun. Saya kira keretakan itu wajar dan tidak begitu masalah. Retaknya kecil dan bukan retak yang parah.” lanjut Pak Ardiyanto. 

Baca juga : Gereja Katolik St. Yusuf Ambarawa (Gereja Jago)

Gereja Jago : tak lekang di kekang zaman

Lebih lanjut, ketika disinggung soal konservasi cagar budaya, Pak Ardiyanto menuturkan,

“Sehubungan dengan cagar budaya, Gereja Jago perlu dikonservasi atau dipertahankan, termasuk jam mekanik yang ada di puncak menara. Bangunan ini harusnya sudah masuk ke dalam cagar budaya karena usianya sudah hampir mencapai seratus tahun.”

Di tempat terpisah, Bapak Krispranoto sebagai Tenaga Ahli Cagar Budaya (TACB) Provinsi Jawa Tengah yang turut dalam rombongan menyampaikan pendapatnya,

“Walaupun secara kasat mata bangunan gereja ini memang masih terlihat bagus dan kokoh, namun perlu dilakukan survey arkeologis atau pengecekan secara menyeluruh dan mendalam. Apa yang tampak secara visual tidak dapat dijadikan tolok ukur. Harus dilakukan pengecekan ulang terlebih karena bangunan gereja ini sudah berdiri sejak tahun 1924. Pengecekan itu harus menyeluruh, mulai dari pondasi, kolom dan dinding keseluruhan. Jadi perlu dilihat semua kondisinya.”

Lebih lanjut, Pakar Cagar Budaya Proinsi Jawa Tengah ini menyampaikan bahwa Gereja Jago termasuk warisan leluhur dan menjadi cagar budaya yang harus dijaga, dirawat serta dilestarikan. (dp)  

Baca juga : Sejarah Paroki

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *