WARTA PAROKI

Bertobat Sekaligus Rendah Hati

Sebagai manusia berdosa, kita dituntut untuk bertobat sekaligus rendah hati. Kenyataannya, sebagai manusia berdosa kita justru seringkali gila kehormatan, gila pujian, ingin disanjung dan tidak mau direndahkan. Sebuah ironi, sementara direndahkan tidak mungkin jadi sampah dan sebaliknya, disanjung tidak mungkin menjadi rembulan.

JagoKomSos.Org – Minggu, 27 Maret 2022, Gereja Katolik Paroki Santo Yusup Ambarawa kembali menggelar Perayaan Ekaristi Minggu Prapaskah IV, Minggu Sukacita atau Minggu Laetare. Misa yang dimulai tepat pukul 08.00 WIB ini dipimpin langsung oleh Romo Aloysius Surya Wasita, SJ dan diadakan baik offline maupun online melalui live streaming Jago Komsos.

Dalam homilinya, Romo Surya mengangkat tiga hal penting untuk kita renungkan bersama, yaitu bertobat, menyesal serta rendah hati.

Romo Surya membuka homili dengan mengingatkan kita semua pada Sabda Yesus minggu yang lalu, “Jikalau kamu semua tidak bertobat, kamu pun akan binasa dengan cara demikian, akan mati secara kematian orang-orang Galilea yang dibunuh oleh Pilatus dan darah mereka dicampurkan dengan darah korban yang mereka persembahkan.”

Kemudian dari Mazmur hari ini dikatakan, “Tuhan itu dekat pada orang yang bertobat, yang menyesal, hati yang remuk redam.”

Berikutnya, Bacaan Injil hari ini mengisahkan anak bungsu yang bertobat, yang menyesal, hati yang remuk redam.

“Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya : bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa. Aku tidak layak lagi disebut anak bapa. Jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.”

Inilah pertobatan dan penyesalan Si Anak Bungsu. Ia menyadari dosanya, menyesal dan bertobat. Kecuali bertobat, dengan kembali ke bapanya menunjukkan bahwa Si Anak yang hilang ini rendah hati. Ia merasa tidak layak lagi menjadi anak bapa, maka ia merendahkan diri dengan meminta untuk dijadikan orang upahan atau budak.

Lebih lanjut, dari ketiga hal di atas, Romo Surya mengingatkan sekaligus menunjukkan kenyataan serta ironi dari kita sebagai orang-orang yang berdosa.

“Sebagai manusia berdosa, kita dituntut untuk bertobat sekaligus rendah hati. Kenyataannya, sebagai manusia berdosa kita justru seringkali gila kehormatan, gila pujian, ingin disanjung dan tidak mau direndahkan. Sebuah ironi, sementara direndahkan tidak mungkin jadi sampah dan sebaliknya, disanjung tidak mungkin menjadi rembulan.”

Romo menutup homilinya dengan mengajak umat untuk memohon rahmat penyesalan dan tobat serta diberi rahmat untuk menjadi orang yang rendah hati.

“Marilah kita mohon rahmat penyesalan dan tobat kepada Tuhan, agar kita menyesali dosa-dosa kita dan tetap rendah hati. Kalau salah ditegur janganlah kita marah. Kita minta maaf. Inilah kerendahan hati.”

Baca juga : Memerdekakan Kelompok Marginal

Dapatkan update berita pilihan dan terbaru setiap hari dari JagoKomsos.Org.

Mari bergabung di Grup dan Chanel Telegram “JAGO KOMSOS“, caranya klik link https://t.me/jagokomsos kemudian join. Anda harus menginstall aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Advertisements
Advertisements

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *